Ibu Baik Melahirkan Generasi yang Baik. Sumber gambar : google




1| Ibu adalah madrasah pertama seorang anak, dan AYAH adalah kepala sekolahnya

2| Hak anak terhadap AYAHnya adalah mendapatkan #ibubaik. Sehingga awal menikah, AYAH bukan sekedar mencari istri namun juga ibu bagi anaknya nanti

3| Rasulullah mengatakan : nikahilah wanita yg subur (walud) dan punya jiwa pengasuhan (wadud). Ini standar dasar mencari #ibubaik untuk anak

4| Keluarga nabi nuh jadi ibrah. Betapapun beliau seorang nabi, tak mampu ajak anaknya kepada jalan Allah. Bermula dari istri yg bukan #ibubaik

5| Sementara keluarga Ibrahim dijadikan Allah sebagai teladan. Ibrahim yg super sibuk melahirkan generasi berkualitas. Bermula dari #ibubaik

6| Seorang Imran yg bukan Nabi pun digelari sbg keluarga terbaik. Tersebab pilihan ia memilih seorang wanita utk jadi #ibubaik bagi anaknya

7| Adalah Hana binti Fakhudz profil #ibubaik yg melahirkan anak wanita baik bernama maryam. Ditinggal mati oleh Imran saat mengandung anaknya

 Saat hamil, ia jaga lisan dan pikiran dari hal yg dibenci Tuhan. Hingga ia hanya berharap satu hal : anaknya kelak jadi hamba yg taat

9| Tak sedikitpun keluar kalimat buruk dari lisannya saat hamil. Sebab keburukan lisan saat hamil mmpengaruhi kejiwaan anak saat lahir

10| Tak ada pikiran nakal saat anak dalam kandungan. Sebab pikiran jahat saat hamil memberi peluang setan tuk jadi teman anak saat lahir

11| Hana adalah contoh bagaimana seorang #ibubaik hendaklah jaga pikiran, tindakan dan lisannya dari hal buruk saat hamil agar tak pengaruhi jiwa anak

12| Dan usaha hana terbukti. Lahirlah sosok maryam yg Allah pilih sebagai wanita suci. Wanita yg terbaik dan pilihan di masanya

13| Kalaulah saat hamil, hana hanya pikirkan uang, popularitas dan kecantikan untuk bayinya. Bisa jadi, akan lahir anak yg gila dunia

14| Maka sekali lagi, penting bagi ibu yg sedang hamil untuj jaga lisan, pikiran dan tindakannya dari hal-hal yang tidak disukai Allah

15| Tugas AYAH saat ibu hamil adalah menjaga agar apa-apa yg diucap dan dipikirkan oleh istrinya adalah hal yang baik-baik

16| Jika ibu hamil ngidam, maka pastikan bahwa ngidamnya adalah sesuatu yg baik. Misalnya ngidam umroh dan haji. Itu ngidam yg baik 

17| Ibu hamil jangan ngidam yg aneh-aneh. Semisal ngidam jadi personil JKT48 . Agar si bayi kelak tidak berbuat yg aneh-aneh saat lahir

18| Termasuk hindari kebiasaan atau tradisi yg bertentangan dengan syariat. Agar anak sejak dalam kandungan benar-benar dididik jadi anak taat

19| Kembali ke profil hana sebagai #ibubaik yg kisahnya diabadikan dalam quran. Beliau lalui proses kehamilan dgn baik hingga anak terlahir ke dunia

20| Anak yg semula diharap lelaki ternyata adalah wanita. Tak muncul protes atau keluh kesah kepada Allah. Yang ada hanyalah rasa syukur

21| Bersyukur kepada Allah terhadap apapun kondisi bayi saat kelahiran adlh adab dan ciri dari #ibubaik. Jangan kotori dengan keluh kesah apalagi umpatan

22| #ibubaik meyakini bahwa setiap bayi yg lahir punya rencana hidup masing-masing yg ditetapkan Allah. Maka tak ada alasan utk berkeluh kesah

23| Pun saat anak telah lahir, hana sbg profil #ibubaik dalam quran juga memikirkan hak anak utk dapat pengasuhan AYAH selepas imran tiada

24| Hana paham bahwa di usia dini seorang anak tidak hanya butuh figur ibu tapi juga AYAH. Agar memiliki karakter tangguh di masa depan

25| Dipilihlah Nabi Zakaria yg masih kerabat sebagai AYAH asuh bagi anaknya maryam. Hana sebagai single parent telah membuat keputusan tepat

26| Sehingga sosok maryam sebagai wanita terbaik di masanya, tak lepas dari peran AYAH mengasuh di masa kecil. Ini jadi perhatian bagi kita

27| #ibubaik tetap memikirkan agar anaknya tetap dapat figur AYAH di masa kecil yg ajarkan kemandirian, keberanian dan ketegasan

28| Status single parent tak jadi alasan utk mengabaikan hak anak terhadap kebutuhannya akan figur AYAH

29| #ibubaik bisa meminta kerabat terdekat untuk menggantikan peran AYAH yg hilang bagi anak di usia dini. Hal ini pula yg dialami oleh Rasulullah

30| Selepas kepergian Abdullah saat Rasulullah dalam kandungan, nilai keayahan tidak terhenti. Beliau segera diasuh oleh kakek dan pamannya

31| Ini jadi pelajaran juga bagi para AYAH yg masih hidup, agar jangan kehilangan momen untuk mengasuh anaknya sedari dini

32| Agar tak muncul generasi ALAY alias Anak kehiLangan AYah. Ada ayah tapi serasa yatim. Ayah tak pernah bermain dengannya di masa kecil

33| Maryam contoh anak yatim yg sukses. Sebab saat lahir ia tak kehilangan figur AYAH. Ada nabi zakaria yg jadi ayah asuhnya

34| Kisah lengkap tentang profil #ibubaik yakni istri imran ini ada di dalam Quran surah ali imran ayat 33 – 41. Sila ditadabburi

35| Semoga makin banyak #ibubaik di negeri ini. Begitu juga ayah baik. Agar muncul generasi berkarakter tangguh di masa depan. 


Sumber :  bendri jaisyurrahman (twitter : @ajobendri)


0
 Dear ukhty.....pesan ini untukmu dan untukku

Jika Suatu Saat nanti Kau Menjadi Ibu. Sumber Gambar : google







Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...


jadilah seperti Nuwair binti Malik yang berhasil menumbuhkan kepercayaan diri dan mengembangkan potensi anaknya.
Saat itu sang anak masih remaja. Usianya baru 13 tahun.
Ia datang membawa pedang yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya, untuk ikut perang badar.
Rasulullah tidak mengabulkan keinginan remaja itu. Ia kembali kepada ibunya dengan hati sedih.
Namun sang ibu mampu meyakinkannya untuk bisa berbakti kepada Islam dan melayani Rasulullah dengan potensinya yang lain.
Tak lama kemudian ia diterima Rasulullah karena kecerdasannya, kepandaiannya menulis dan menghafal Qur’an. Beberapa tahun berikutnya, ia terkenal sebagai sekretaris wahyu.
Karena ibu, namanya akrab di telinga kita hingga kini: Zaid bin Tsabit.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu....


jadilah seperti Shafiyyah binti Maimunah yang rela menggendong anaknya yang masih balita ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah.
Keteladanan dan kesungguhan Shafiyyah mampu membentuk karakter anaknya untuk taat beribadah, gemar ke masjid dan mencintai ilmu. Kelak, ia tumbuh menjadi ulama hadits dan imam Madzhab.
Ia tidak lain adalah Imam Ahmad.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu....


jadilah ibu yang terus mendoakan anaknya. Seperti Ummu Habibah.
Sejak anaknya kecil, ibu ini terus mendoakan anaknya.
Ketika sang anak berusia 14 tahun dan berpamitan untuk merantau mencari ilmu, ia berdoa di depan anaknya: “Ya Allah Tuhan yang menguasai seluruh alam! Anakku ini akan meninggalkan aku untuk berjalan jauh, menuju keridhaanMu.
Aku rela melepaskannya untuk menuntut ilmu peninggalan Rasul-Mu. Oleh karena itu aku bermohon kepada-Mu ya Allah, permudahlah urusannya. Peliharalah keselamatannya,panjangkanlah umurnya agar aku dapat melihat sepulangnya nanti dengan dada yang penuh dengan ilmu yang berguna, amin!”.
Doa-doa itu tidak sia-sia. Muhammad bin Idris, nama anak itu, tumbuh menjadi ulama besar. Kita mungkin tak akrab dengan nama aslinya,
tapi kita pasti mengenal nama besarnya: Imam Syafi’i.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu...


jadilah ibu yang menyemangati anaknya untuk menggapai cita-cita. Seperti ibunya Abdurrahman. Sejak kecil ia menanamkan cita-cita ke dalam dada anaknya untuk menjadi imam masjidil haram, dan ia pula yang menyemangati anaknya untuk mencapai cita-cita itu. “Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram…”, katanya memotivasi sang anak.
“Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram…”, sang ibu tak bosan-bosannya mengingatkan.
Hingga akhirnya Abdurrahman benar-benar menjadi imam masjidil Haram dan ulama dunia yang disegani. Kita pasti sering mendengar murattalnya diputar di Indonesia, karena setelah menjadi ulama, anak itu terkenal dengan nama Abdurrahman As-Sudais.

Jika suatu saat nanti kau jadi ibu....
 

 jadilah orang yang pertama kali yakin bahwa anakmu pasti sukses.
Dan kau menanamkan keyakinan yang sama pada anakmu. Seperti ibunya Zewail yang sejak anaknya kecil telah menuliskan “Kamar DR. Zewail” di pintu kamar anak itu. Ia menanamkan kesadaran sekaligus kepercayaan diri.
Diikuti keterampilan mendidik dan membesarkan buah hati, jadilah Ahmad Zewail seorang doktor. Bukan hanya doktor, bahkan doktor terkemuka di dunia. Dialah doktor Muslim penerima Nobel bidang Kimia tahun 1999
0


Poligami adalah salah satu di antara syariat Islam. Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah, tidak larang namun tidak dianjurkan). Islam memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan beberapa  syarat. 

Syarat-syarat Poligami 

1- Seorang lelaki ( suami ) yang mampu berbuat adil
Seorang lelaki ( suami ) yang melakukan poligami, harus memiliki sikap adil di antara para istrinya. Tidak boleh ia condong kepada salah satu istrinya. Hal ini akan mengakibatkan kezhaliman kepada istri-istri yang lain.

Pertama, Allaah Ta'ala berfirman :

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَى وَثُلاثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلا تَعُولُوا

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [An-Nisa: 3].

Kedua,  Allaah Ta'ala berfirman:

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ فَلا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ وَإِنْ تُصْلِحُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri- istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [An-Nisa: 129]

Selain adil, lelaki ( suami ) tersebut juga harus seorang yang tegas. Jadi, bila seorang lelaki ( suami ) tidak mampu melakukan hal itu, maka cukup satu istri saja. 
1
Yes, I Love You Allah

Katanya cinta dalam diam itu menenangkan, nyatanya ini terlalu membahagiakan.  Namaku Ilham, seorang karyawan swasta di salah satu perusahaan swasta Surakarta. Kota kecil yang terkenal dengan kahalusan bahasa dan keramahan masyarakatnya. Awalnya aku mengira keimananku sudah sangat standar, sayangnya aku lupa untuk tidak menyombongkan diri. Menilai diri ini lebih baik saat melihat sedikit saja keburukan dari jiwa lainnya. Jangan pernah mencoba untuk meniru hal itu, karena hasilnya sangat memalukan.

Gadis itu bernama Zahra, teman kuliahku dari semester satu di Universitas Sebelas Maret. Aku berjanji untuk tidak jatuh cinta kepada wanita selain ibu sebelum usiaku 25 tahun, tapi dia menggagalkannya. Awalnya sikapku biasa saja, tapi mulai awal semester 2 aku tidak bisa menahan senyum saat melihat Zahra. Entah apa yang aku lakukan sebelumnya hingga membuatku seperti ini, tampaknya keimananku dicuri diam-diam atau mungkin saja sebenarnya keimananku masih jauh dibawah standar. Saat itulah aku mulai bertingkah memalukan. Mulai dari rajin kirim pesan singkat menanyakan jadwal kuliah sampai berusaha agar bisa satu kelompok dengan Zahra. Terkadang dia membalas pesan dengan cepat tapi tidak jarang dia mengabaikan pesanku begitu saja. Hmm, mungkin karena kehabisan pulsa, pikirku menghindari prasangka buruk.

Sikapnya memang sedikit berbeda, dia sedikit pendiam dan tidak modis seperti lainnya.  Penampilannya terlihat seperti ibuku, memakai gamis dan khimar lebar hingga paha. Ada banyak perempuan di Surakarta, tapi kenapa dia? Ada banyak waktu yang sudah aku lewati untuk memegang janji untuk tidak dulu jatuh cinta, tapi kenapa hanya enam bulan satu kelas dengan Zahra membuatku mengingkarinya? Sampai saat ini aku belum juga menemukan jawabannya. Aku bukan pria yang pandai mengungkapkan rasa. Memutar otak untuk mendekatinya tanpa sedikitpun mencuri keimanannya secara diam-diam, hanya sekedar memberi kode “kelak, menikahlah denganku”.

 “cara pedekate”

Dua kata yang aku masukkan dalam menu google search, ada banyak sekali artikel yang aku baca tapi aku tidak memiliki keberanian untuk mempraktekkannya. Bukan kerena tidak jantan, tapi karena kejantananku tidak patut dipertaruhkan untuk hal yang memalukan seperti itu. Aku akan kehilangan seluruh harga diri didepan Ilahi dan sangat malu menghadap kepadaNya. Dua semester, tiga semester, hingga hari wisuda tiba, tidak ada kemajuan sedikitpun tentang hubungan aku dengan Zahra. Tidak ada masalah, aku menikmati proses ini dengan jantan. Tidak memaksakan hubungan yang seharusnya memang tidak boleh dipaksakan dan tidak juga memasuki zona yang seharusnya tidak boleh aku masuki. Aku menghargai usahanya melindungi diri, menjaga maruah juga aurat termasuk suara lembutnya.

3,5 tahun menyimpan kekaguman dalam hati dan terang-terangan menyebut namanya didepan Ilahi, aku melakukannya setiap hari tanpa henti. Aku menyadari, mungkin saja ada pria lain yang melakukan hal serupa hingga aku harus belajar berlapang dada jika kelak bukan aku yang menjabat tangan ayahnya saat ijab qobul berlangsung.

Usai legalisir ijazah selasai, aku segera mencari pekerjaan untuk menabung. Ini satu-satunya cara agar aku bisa percaya diri mendatangi rumahnya dan menyatakan keinginanku untuk menghalalkannya. Dua tahun berlalu dan kami tidak sekalipun berjumpa. Sesekali aku menanyakan kabar Zahra kepada saudara iparnya yang kebetulan satu perusahaan denganku. Rasanya lega setiap kali dia berkata bahwa Zahra baik-baik saja. Aku pernah mengirim pesan singkat pada Zahra tapi tidak sekalipun mendapat balasan, karena penasaran akhirnya aku miscall tapi operator bilang “maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif”. Seharian aku dibuat bad mood karena jawaban yang kurang menyenangkan dari operator. Rasanya ingin mengunjungi rumah Zahra sekedar mengucap salam untuk mengungkapkan kerinduan tapi lagi-lagi aku tidak berani melakukannya. Sebagian teman menyebutku penakut, yang lain menamai ini sebagai pemalu, tapi aku melakukannya murni untuk menjaga kehormatanku didepan Ilahi.

Aku memberanikan diri untuk berbincang dengan ayah, tentang niatku meminang Zahra. Aku sangat malu mengatakannya pada ayah tapi aku juga sangat ingin menghalalkan Zahra. Tiga, empat kali aku menghadap ke ayah dan mengatur nafas setelah sebelumnya belajar merangkai kalimat untuk mengungkapkannya, tapi aku mundur dengan sangat cepat. Mengurungkan niatku yang sebelumnya sudah sangat kuat. Saat itu aku benar-benar memahami tantang sulitnya mempertahankan niat karena dia selalu naik turun seperti push up. Sepertinya ayah memperhatikan sikapku yang terlihat sedikit aneh. Dia bertanya ada apa dan aku langsung mengatakan niatku selagi kesempatan emas terbuka.

Aku seperti tersangka yang sedang berada di ruang interogasi. Ada banyak sekali pertanyaan, mulai dari bagaimana kepribadian Zahra, ada berapa saudara kandung Zahra, sampai pertanyaan menggoda seperti secantik ibu atau tidak. Aku sangat malu menjawabnya, tapi mau tidak mau aku harus menekan sedikit rasa malu ini demi meminang Zahra dan berkata dengan tegas “Zahra, let's go to jannah together”.

17 Juli 2015, Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah. Aku dan ayah sepakat untuk berkunjung ke rumah Zahra, bersilaturahim dan menghadap kedua orang tuanya dengan muka berseri-seri. Malamnya aku menyibukkan diri mengikuti takbir keliling untuk meredakan degdegan, aku tersenyum sepanjang malam dimalam hari kemenangan.

“Assalamu’alaikum”, sekitar lima orang mengatakannya dengan serempak.

“Wa’alaikumussalam warahmatullah”, semua orang didalam rumah Zahra menjawabnya dengan segera termasuk aku dan ayah.

Aku tidak curiga sedikitpun saat seisi rumah Zahra menyambut mereka dengan senyum lebar dan terlihat sangat bahagia. Aku dan ayah mulai main mata karena belum juga mengatakan niat kami kepada orang tua Zahra, sebelumnya kami hanya berbincang biasa dengan saudara ipar Zahra. Hingga akhirnya aku sangat terkejut mendengar salah seorang dari mereka memanggil ayah Zahra dengan sebutan besan. Ayah menatapku, tatapannya penuh tanya sama sepertiku.

Salah seorang dari rombongan menyodorkan amplop coklat dan mengatakan persyaratannya sudah lengkap temasuk foto. Pikiranku semakin tidak karuan, senyum lebarku berubah menjadi panik tidak karuan. Ada perasaan ingin pulang dan segera kabur dari perbincangan mereka tapi aku sudah terlanjur duduk duluan dan belum juga bertemu dengan Zahra. Nyaman tidak nyaman, aku harus menjadi pendengar sampai mereka selesai. 
0
contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan 

0


contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan contoh tulisan 
0

Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 


0
Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 

0
Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 
0
Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 
0

Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 

0

Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan Contoh tulisan 

0
Previous PostPostingan Lama Beranda